Thursday 21 November 2013

RESUME RATIONAL EMOTIVE BAHVIOR THERAPY (REBT)

A.    NAMA PENDEKATAN
RATIONAL EMOTIVE BAHVIOR THERAPY

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN
REBT diciptakan dan dikembangkan oleh Albert Ellis (1950an), seorang psikoterapis yang terinspirasi oleh ajaran-ajaran filsuf Asia, Yunani, Romawi dan modern yang lebih mengarah pada teori belajar kognitif. Asal-usul terapi rasional-emotif dapat ditelusuri dengan filosofi dari Stoicisme di Yunani kuno yang membedakan tindakan dari interpretasinya. Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas dengan pendekatan dan hipotesis tingkah laku klien yang dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hal inilah yang memotiviasi Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik. Ellis mengembangkan teori A-B-C, dan kemudian dimodifikasi menjadi pendekatan A-B-C-D-E-F yang digunakan untuk memahami kepribadian dan untuk mengubah kepribadian secara efektif. Pada tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy atau yang biasa kita singkat menjadi REBT. Sampai saat ini, REBT merupakan salah satu bagian dari cognitive behavior therapy (CBT).

C.DEFINISI RATIONAL EMOTIVE BAHVIOR THERAPY (REBT)
Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Menurut Corey (2005: 241) RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dengan jujur maupun untuk berpikir irrasional dan jahat.
Berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konseling REBT adalah suatu bentuk bantuan terhadap klien melalui konseling individu yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku yang memiliki potensi untuk berpikir rasional maupun irrasional dan konseling REBT ini merubah keyakinan irrasional menjadi rasional.

D.KARAKTERISTIK KONSELING
Secara khusus, pendekatan ini berasumsi bahwa individu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irrasional.
2.      Pikiran irasional berasal dari proses belajar, yang irasional didapat dari orangtua dan budayanya.
3.      Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosional yang dialami individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran irrasional
4.      Gangguan(self verbalising) yang terus menerus emosional yang disebabkan oleh verbalisasi dan persepsi serta sikap terhadap kejadian merupakan akar permasalahan, bukan karena kejadian itu sendiri.
5.      Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.
6.      Pikiran dan perasaan yang negatif dan merusak diri dapat diserang denganmengorganisasikan kembali persepsi dan pemikiran, sehingga menjadi logis dan rasional.

E.    HAKIKAT MANUSIA
Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapi (REBT) memandang manusia sebagai individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh fikiran, perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena satu aspek mempengaruhi aspek lainnya.

     TAHAP-TAHAP KONSELING
TAHAP I
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irrasional. Proses ini memnbantu klien memahami bagaimana dan mengapa dapat terjadi irrasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka mempunyai potensi untuk mengubah hal tersebut.

TAHAP II
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling REBT untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.

TAHAP III
Tahap akhir, konseli dibantu untuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rsional serta mengembangkan fillosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikirian irasional.
Tahap-tahap ini merupakanproses natural dan berkelanjutan. tahap ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli.

TEORI RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) 
Teori Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) pertama kali dikembangkan oleh Albert Ellis. Teori REBT merupakan kombinasi dari konsep humanistik, filsafat, dan terapi perilaku (behavior therapy). Pendekatan REBT merupakan salah satu pendekatan yang mengintegrasikan aspek behavioral, kognitif, serta afeksi, yang berorientasi pada membangun kognisi dan perilaku konseli yang menekankan pada berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak.

Teori REBT dimulai dengan ABC:

A = ACTIVATING EXPERIENCES = pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
B = BELIEFS = keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.
C = CONSEQUENCe = konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negative seperti panic, dendam, dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan yang keliru.
Setelah rumus ABC, Ellis menambahkan rumus D dan E untuk terapis mengatasi masalah tersebut:
D = DISPUTe = melawan keyakinan-keyakinan irasional itu.
E = EFFECTS = klien menikmati dampak-dampak psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

F.       KELEMAHAN DAN KEKUATAN
v  KEKUATAN
      Pendekatan ini jelas, mudah dipelajari dan efektif. Kebanyakan klian hanya mengalamisedikit kesulitan dalam mengalami prinsip ataupun terminologi REBT.
      Pendekatan ini ddapat dengan mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klian mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
      Pendekatan ini relatif singkat dan klian dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
      Pendekatan ini telah menghasilkan banyak literatur dan penelitian untuk klian dan konselor. Hanya sedikit teori lain yang dapat mengembangkan materi biblioterapi seperti ini.
      Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
      Pendekatan ini telah dibuktikan efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitas

v  KELEMAHAN
      Pendekatan ini tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental, seperti schizophrenia, dan mereka yang mempunyai kelainan pemikiran yang berat.
      Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
      Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuatkonselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
      Pendekatan yang menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.
·         DAFTAR PUSTAKA
·         Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, 9th. Belmont, California : Brooks/Cole.
·         Nelson-Jones, R. 2011. Theory and Practice of Counseling and Therapy4th.Terjemahan Helly Prajitno & Sri Mulyantini. 2012. Jakarta : Pustaka Pelajar
·         Komalasari, Gantina. Teori dan Teknik Konseling. 2011. Jakarta : Indeks
·         Parrot III, L. 2003Counseling and Psychotherapy. Pacific Grove, 2nd. CA: Brooks/Cole.
·         Gladding, Samuel T. 2009. Konseling: Profesi yang Menyeluruh (edisi enam). Terjemahan P.M. Winarno & Lilian Yuwono. 2012. Jakarta: PT. Indeks.
·         Thomson, A. Rosemary.  2003.  Counseling Techniques, 2nd. London : Roudledge
·         Ellis, Albert & Dryden, Windy. 1997. The Practice of Rational Emotive Behavior Therapy, New York : Springer Publishing
·         Dryden, Windy & Neenan, Michael. 2006. Rational Emotive Behavior Therapy : 100 Key Point . New York : Routledge
·         Corey Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E.Koeswara. Bandung: Refika Aditama.
·         Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres.

·         Willis, S. Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : CV. Alfabeta.

Monday 4 November 2013

Berbahaya Menggunakan Pakaian Ketat

Terkadang untuk tampil cantik dan seksi, kaum hawa sering kali mengenakan pakaian ketat. Terkadang tidak sedikit juga yang bahkan dapat merusak penampilan karena terlalu berlebihan.

Sebenarnya mengenakan pakaian ketat tidak akan bermasalah apabila tidak mengenakannya dalam tempo yang lama. Karena diketahui, beberapa fakta membuktikan bahwa menggunakan pakaian ketat dalam tempo yang lama ternyata bisa berdampak negatif dan berbahaya. Berikut adalah beberapa fakta mengenai dampak negatif mengenakan pakaian ketat.

1. Celana ketat
Risiko : Nyeri saraf di kaki, nyeri ulu hati, memperburuk hernia. Mengenakan skinny jeans, faktanya bisa membuat jalan Anda jadi tidak normal, tanpa disadari. Penelitian yang dipublikasi dalam Canadian Medical Association Journal, mengungkap jumlah kasus kondisi meralgia paresthetica meningkat seiiring tren skinny jeans.

Meralgia paresthetica adalah kondisi penekanan saraf dari arah panggul hingga paha luar. Gejalanya, bisa menimbulkan sensasi kesemutan, mati rasa dan panas seperti terbakar. Tapi, wanita yang beralih dari skinny jeans dan mengenakan celana yang lebih longgar, gejala tersebut diketahui perlahan menghilang setelah empat sampai enam minggu.

2. Kaus dan kemeja
Risiko: Sakit kepala, nyeri pada mata dan bahu

Kaus dengan dengan kerah bersturuktur dan sangat ketat dapat meningkatkan risiko penyakit mata berat. Hal ini menurut sebuah studi dalam British Journal of Ophthalmology. Kerah yang sangat ketat dapat memberikan tekanan pada vena jugularis di area leher dan menekan bagian internal mata.

Peningkatan tekanan adalah salah satu penyebab utama glaukoma. Kemeja yang terlalu kecil juga dapat membatasi aliran darah ke otak melalui arteri karotis. Kondisi ini menyebabkan sakit kepala, pandangan kabur dan pusing, serta meningkatnya ketegangan di area punggung dan bahu.

3. Sepatu
Risiko: Infeksi dan jamur, radang jari kaki dan hammer toe

Efek dari terlalu sering mengenakan sepatu yang ketat adalah jempol kaki Anda mengalami kelainan bentuk atau bunion. Ini menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa dan harus ditangani dokter untuk mengatasinya. Belum lagi risikoÿ kutu air serta infeksi jamur, karena aliran udara di sepatu yang sempit tak berjalan baik.

4. Pakaian dalam
Risiko: Infeksi jamur dan masalah kesuburan

Jangan menyepelekan aspek kenyamanan dalam mengenakan pakaian dalam. Biasanya karena ingin mengenakan rok atau celana ketat dan tak ingin garis pakaian dalam terlihat, Anda pun mengenakan G-string. Tapi ini bukan tanpa risiko. Ukurannya yang sangat kecil, tipis dan tentunya ketat, membuat sirkulasi udara tak berjalan baik.

Sehingga, jamur akan sangat mudah tumbuh. Bukan hanya rasa gatal, perih dan kemerahan yang muncul tapi juga bisa berdampak negatif pada kesuburan. Jadi, pastikan pakaian dalam yang Anda kenakan berbahan nyaman dan tak terlalu ketat.