Sunday 13 July 2014

Perbedaan Pola Pikir Orang Kaya dan Orang Biasa terhadap Uang



Setelah tiga dasawarsa mewawancarai orang-orang terkaya di dunia, Steve Siebold, penulis buku berjudul ‘How Rich People Think’ (bagaimana cara berpikir orang kaya) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pola pikir dan cara pandang tentang uang antara orang biasa atau masyarakat kelas menengah dengan orang-orang terkaya dunia. Dalam bukunya, Sibold mengungkapkan 100 perbedaan cara berpikir antara orang biasa dengan kalangan miliuner di dunia.

“Orang-orang terkaya dunia melihat uang sebagai kemerdekaan dan kesempatan, bukan sebagai akar dari kekacauan. Kita sering berpikir bahwa uang adalah akar dari kekacauan atau malapetaka. Lalu kenapa kita berusaha untuk mendapatkan uang kalau hanya akar dari malapetaka?” kata Siebold.

1. Orang Biasa Berpikir Soal Menabung, Orang Kaya Berpikir Meningkatkan Pendapatan

“Orang biasa berpikir menabung agar uangnya melimpah, tapi terus merasa kekurangan uang,” ujar Siebold. Jika anda mempunyai pendapatan Rp 200 juta per tahun dan menabung 10% dari pendapatan anda. Maka anda akan mendapatkan 20 juta di akhir tahun. Ini bukanlah cara untuk memperkaya diri, dan anda tidak akan kaya dengan cara ini. Siebold mengatakan, orang-orang terkaya di dunia menabung juga, tapi pikiran mereka yang utama adalah untuk meningkatkan pendapatan, sehingga jumlah uang yang bisa anda tabung lebih banyak.

2. Orang Biasa Menganggap Berwirausaha Sebagai Risiko, Orang Kaya Berwirausaha Untuk Jadi Kaya

“Sebagian besar orang berpikir soal uang dengan cara yang biasa, misalkan, bila saya bisa mendapatkan sekian rupiah per jam, maka saya akan mendapatkan lebih banyak lagi dengan bekerja lebih lama,” ujar Siebold. Bahkan ada orang yang berpikir, jika ingin kaya harus mendapatkan gelar MBA. Para orang-orang terkaya di dunia justru berpikir, cara menjadi kaya adalah dengan memberi jalan keluar bagi orang banyak dengan memberikan ide. Dari ide-ide tersebut maka dia akan memperoleh uang. Namun banyak orang berpikir, daripada menjadi gila karena memikirkan ide-ide segar dan belum tentu mendapatkan uang, maka mereka memilih menjadi pegawai dan menganggap berwirausaha adalah risiko.

3. Orang Biasa Melihat Uang Secara Emosional, Orang Kaya Melihat Uang dengan Logika

Ada perbedaan mendasar dari cara pandang orang biasa dan orang terkaya dunia melihat uang. Sieblod mengatakan, orang biasa dan bahkan yang berpendidikan sekalipun, sangat perhitungan menggunakan uangnya. Namun orang-orang terkaya tidak khawatir kehilangan uangnya, karena mereka menggunakan uangnya untuk memperbesar pendapatannya di kemudian hari. Seperti untuk berinvestasi tanpa memikirkan risikonya.

4. Beda Cara Mencapai Target Antara Orang Biasa dengan Orang Kaya

Siebold mengatakan, orang-orang biasa dan kelas menengah tidak memiliki keinginan kuat untuk mencapai targetnya. Tapi orang-orang terkaya dunia sangat fokus dengan uang dan bisnis mereka. Bagi para orang-orang terkaya dunia, target harus dicapai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan, bagi mereka taruhannya capai target atau mati! Karena itulah, orang-orang kaya ini bisa memperoleh impian dan targetnya dengan cepat dan uangnya terus bertambah.

5. Orang Kaya Tidak Dikendalikan Oleh Keinginan

Donald Trump dan Richard Branson yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia sering berkeliling dunia dengan jet pribadinya. Sementara orang-orang biasa berpergian dengan mobil dan tinggal di rumah sederhananya. “Orang-orang kaya ini terus bertambah kekayaannya tiap hari. Saya melihat Naomi Judd (salah satu artis kaya) di TV, dan dia mengatakan alasannya dia bisa kaya adalah karena dia tidak pernah menghamburkan uangnya. Dia tidak mempunyai desainer pribadi dan perhiasan mahal. Inilah tipikal orang-orang kaya di dunia. Mereka tidak mewah,” kata Siebold.



Pernyataan-pernyataan seperti ini telah didapatkan Siebold dari sejumlah orang-orang terkaya yang dia wawancarai. “Jika anda kaya, maka anda bebas dan tidak diperbudaki oleh orang lain. Kemerdekaan ekonomi adalah salah satu faktor utama kesuksesan. Ini mengantar orang untuk memupuk kekayaannya,” jelas Siebold.


Sumber: https://www.facebook.com/notes/bisnis-dari-rumah/perbedaan-pola-pikir-orang-kaya-dan-orang-biasa-terhadap-uang/10151502311582464

Friday 24 January 2014

Makalah Remaja dan Permasalahannya

BAB I

A.  Latar Belakang
Pengertian dasar tentang remaja (adolescence) ialah pertumbuhan kearah kematangan. Masa remaja adalah masa Time Transition (perpindahan) dari masa anak ke masa dewasa. Periode ini oleh para ahli psikologi digambarkan sebagai periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan (stress and strain), karena pertumbuhan kematangan-nya baru hanya pada aspek fisik sedang psikologisnya masih belum matang saat mereka menghadapi perubahan masa anak ke masa dewasa yang sangat cepat, mereka mengalami ketidaktentuan tatkala mencari kedudukan dan identitas.
Para remaja bukan lagi kanak-kanak, tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan bersifat lebih sensitive karena perannya belum tegas. Ia mengalami pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang sekaligus mengubah perannya. Para remaja adalah individu-individu yang sedang mengalami serangkaian tugas perkembangan yang khusus (Oemar Hamalik,2002).
Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan generasi remaja sejak dini. Agar saat dewasa nanti, mereka akan benar-benar menjadi orang dewasa yang sebenarnya. Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda. 
B.  Rumusan Masalah

1.      Apa saja periode masa remaja dan aspek-aspek perkembangan remaja?
2.      Bagaimana Kenakalan remaja dengan permasalahannya?
3.      Bagaimana cara untuk menanganinya ?

C.  Tujuan Penulisan

1.      Agar pembaca dapat mengetahui periode masa remaja dan aspek-aspek perkembangan remaja.
2.      Agar pembaca dapat memahami tentang kenakalan remaja dengan permasalahaanya serta bagaimana menanganinya.


BAB II

A.  Periode dan Aspek-Aspek Perkembangan Remaja

Masa remaja terdiri dari tiga periode :
1.    Usia 12 – 15 tahun : masa remaja awal “early adolescence” (pubertas)
2.    Usia 15 – 18 tahun : masa remaja pertengahan “masa adolescence” (adolescence)
3.    Usia 18 – 21 tahun : masa remaja akhir “late adolescance” (dewasa awal)
Sedangkan aspek-aspek perkembangan remaja terdiri dari :
1.    Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja, dipicu oleh kelenjar Hipofisa menghasilkan hormon pertumbuhan, dan hormon kelamin sehingga fisiologis/ fisik remaja mengalami proses kematangan. Tanda-tanda kematangan fisik remaja secara universal, antara lain :
a.    Tanda-tanda perkembangan fisik primer : berkenaan dengan alat reproduksi seksual remaja mencapai sexual maturity (kematangan seksual)
1). Secara kodrati adalah pada wanita mulainya produksi hormon kewanitaan (estrogen dan progesterone) ditambah produksi sel telur / ovum oleh “Ovarium”, bila produksi sel telur pada tiap bulannya tidak terbuahi oleh sel sperma maka sel telur itu akan keluar bersama-sama dengan rontokan selaput lendir rahim dan sejumlah darah melalui vagina (inilah yang disebut darah haid). Pada pria / laki-laki mulainya produksi sel sperma (benih-benih pria) oleh “Testis”, apabila jumlah produksi sel sperma banyak secara alami keluar karena rangsangan atau keluar sendiri biasanya saat pria tidur (disebut mimpi basah bagi pria).
2). Ditambah dengan kesempurnaan organ genital wanita : Vagina, rahim, dan saluran telur, sedangkan untuk pria : Penis, testis, dan skrotum.
     b. Tanda-tanda perkembangan fisik sekunder : berkenaan perkembangan fisiologis diluar tubuh :
1). Untuk laki-laki : semakin kuat susunan urat daging, bahu lebar, tumbuh rambut pada sekitar kelamin, dada, jambang, kepala, dan ketiak.
2. Untuk wanita : jaringan pengikat dibawah kulit (lemak) menyebabkan besarnya paha, selanjutnya tanda yang lain adalah panggul lebar, besarnya payudara, tumbuh rambut sekitar kelamin, ketiak dan kepala.
Pengaruh percepatan pertumbuhan membawa implikasi pada psikososial remaja, yakni; remaja akan mengalami konflik batin atas tuntutan masyarakat terhadapnya untuk melakukan pekerjaan dewasa, yang menurut mereka remaja sudah cukup mampu melakukannya, padahal dalam kenyataannya remaja merasa tidak atau belum mampu.
Remaja akan mengalami kegusaran batin yang mendalam bilamana remaja melihat ketidaknormalan atau penyimpangan bentuk badan, karena remaja sadar bahwa penampilannya adalah daya rangsang sosial yang utama.
Cacat badan sangat merisaukan terutama pada masa remaja, karena penampilan fisik dianggap sangat penting. Cacat badan akan mengahambat perkembangan kepribadian yang sehat.
2.    Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung);sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
3.    Perkembangan Sosial Remaja

Dalam hal perilaku sosial, remaja mengalami perubahan yang jauh berbeda dengan masa sebelumnya (masa anak) diantaranya :
a.       Saat masa anak-anak segalanya diintervensi orang tua, sementara remaja merasa mampu berdiri sendiri atau mengatasi masalahnya dan tidak mau diintervensi oleh orang tua atau orang dewasa, bahkan remaja tidak mau harga dirinya diremehkan (mencari pengakuan jati diri) dari orang tuanya, orang dewasa, dan teman sebayanya (dalam istilah para ahli: emansipasi).
b.      Saat usia anak-anak sangat dekat dengan “intim” interaksi sosialnya dengan orang tua, sementara masa remaja memilih lepas dari orang tua dan lebih intim dengan teman sebayanya (peer-group atau Clique = kelompok kecil) perilaku sosial remaja ini disebut monding.
Monding pada remaja = pelepasan dari orang tua menuju kelompok sebaya (mencari sahabat)
c.       Remaja memiliki kecenderungan untuk mengikuti “free style” (gaya hidup) kelompok sebayanya, bahkan nilai-nilai kelompok menjadi keterikatan sosialnya “istilah para ahli: conformity / konformitas”.
d.      Remaja diwaktu luang sering menggunakannya untuk “to kill the time” bersenang-senang bersama kelompok sebayanya.

Remaja mudah sekali hanyut dalam rangsanga sosial yang negatif karena tidak selektif memilih teman atau kelompok sebayanya. Bila teman atau kelompok sebayanya memiliki life-style yang buruk bahkan melanggar hukum dan ajaran Islam (seperti minum-minuman keras, mengonsumsi zat adiktif, psikotropika, seks bebas) akan menyeretnya kedalam jurang yang gelap, sehingga kesuksesan dan kebahagiaan “Dream” (harapan,cita-cita) pada masa mendatang tidak dapat digapainya.
4.    Perkembangan Moral Remaja
Moralitas remaja “lebih matang” jika dibandingkan dengan usia anak, karena hasil pengalaman yang didapat dan dari interaksi sosial remaja dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Muncul dorongan-dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
5.    Perkembangan Kepribadian Remaja

Kepribadian remaja telah mencapai integritas yang cukup antara sifat bawaan, sikap, dan pola-pola kebiasaan “adatul iroda”. Sifat-sifat kepribadian remaja mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai (baik/kurang baik atau sopan/kurang sopan). Berkembangnya jati diri “identity” remaja sangat penting untuk menumbuhkan pribadi yang sehat. Semisal saat berbuat sesuatu remaja sadar dan mempertimbangkan keuntungan atau kerugian buat dirinya dan orang lain, yang menyangkut jati dirinya sendiri.

B.  Kenakalan Remaja dengan Permasalahannya

Memahami permasalahan remaja berati mengetahui latar belakang permasalahan tersebut secara mendalam, yakni dengan permasalahan yang dihadapinya.
Adapun kenakalan remaja dengan dengan permasalahannya diantara lain :

1.      Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negative bagi tubuh penghisapnya.
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain dengan kelompoknya.



Penyebab Remaja Merokok :

a.       Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999 : 294).

b.      Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman tersebut yang dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al bachri, 1991).

c.       Faktor kepribadian
Orang mencoba ingin merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).

d.      Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejahatan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX, 1991)

2.       Penyimpangan Seks Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama.”banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan yang kita inginkan. Mungkin mereka suka huru hara, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersifat terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus dipergaulan bebas yang menyesatkan.

Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tau pada diri seseorang dengan berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ produksi mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ produksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektonik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja di luar pernikahan. Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.

           Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya di mengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidak amanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.

3.       Remaja dan Penyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998–2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% di antaranya berusia antara 15–19 tahun.
  Definisi dan Macam-Macam Narkoba
        Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara oral / diminum ,dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.

        Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintites yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang No.22 tahun 1997).

        Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktifitas mental dan prilaku ( Undang-undang No. 5/1997).

               Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga :
1.        Depresan, yaitu menekan sistem-sistem syaraf pusat dan mengurangi
aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa
membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa
mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular
sekarang adalah Putaw.
2.             Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta
kesadaran. Jenis stimulan : Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah shabu-shabu dan ekstasi.
3.             Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau
mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
  Penyalahgunaan Nakoba
        Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan dan lain-lain, maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut :
o        Coba-coba
o        Senang-senang
o        Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
o        Penyalahgunaan
o        Ketergantungan


C.    PENANGANAN MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA

           Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. 

            Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :

Ø  Peran Orangtua :
- Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita 
- Membekali anak dengan dasar moral dan agama
- Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
- Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
- Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
- Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
- Hindarkan anak dari NAPZA

Ø  Peran Guru :
- Bersahabat dengan siswa
- Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
- Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
- Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
- Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
- Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
- Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
- Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
- Mewaspadai adanya provokator
- Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
- Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social
- Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA

Ø  Peran Pemerintah dan masyarakat :
- Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
- Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
- Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
- Memberikan keteladanan
- Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
- Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan

Ø  Peran Media :
- Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
- Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
- Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja

        c.3.2  Penanganan Masalah Remaja dengan cara Mekanisme Pertahanan Diri
      Sebagian individu mereduksi perasaan, kecemasan,stress, ataupun konflik dengan melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Freud sebagai berikut: Such defense mechanism are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptabla impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).
freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu memersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya kea rah kedewasaan. Mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa orang yang lain merupakanhasil pengembangan ahli psikionalistis lainnya.

1. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
a.       Individu cenderung untuk tidak berlama-lama mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
b.      Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat ganbar kejadian yang menyesakkan dada,
c.       Lebih sering mengomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
d.      Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif daripada yang negative,
e.       Lebih sering menekankan kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.

2. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi, tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas. Ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

3. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tidak jarang dibuat samar dengan menampilkan dan tindakan yang penuh kasih saying, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

4. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Remaja yang mengalami perubahan drastic sering dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

5. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali melakukan sesuatu yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respon seperti individu yang lebih muda (anak kecil).

6.      Menarik diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya repon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

7.      Mengelak
Bila merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

8.       Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsure penipuan diri.

9.      Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yangtidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan dapat menimbulkan frustasi.

10.  Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alas an yang dapat di terima secara social untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik,atau yang baik adalah buruk.

11.  Intelektualitas
Apabila individu menggunakan teknik intelektualitas, dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat amat menekan dengan cara analitik, intelektual, dan sedikit menjauh dari persoalan.

12.  Proyeksi

Individu yang menggunakan teknik proyeksi biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering dipergunakan.