BAB I
A.
Latar
Belakang
Pengertian dasar tentang remaja (adolescence) ialah pertumbuhan kearah
kematangan. Masa remaja adalah masa Time
Transition (perpindahan) dari masa anak ke masa dewasa. Periode ini oleh
para ahli psikologi digambarkan sebagai periode yang penuh dengan tekanan dan
ketegangan (stress and strain), karena pertumbuhan kematangan-nya baru hanya
pada aspek fisik sedang psikologisnya masih belum matang saat mereka menghadapi
perubahan masa anak ke masa dewasa yang sangat cepat, mereka mengalami
ketidaktentuan tatkala mencari kedudukan dan identitas.
Para remaja bukan lagi kanak-kanak, tetapi juga
belum menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan bersifat lebih sensitive
karena perannya belum tegas. Ia mengalami pertentangan nilai-nilai dan
harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang sekaligus
mengubah perannya. Para remaja adalah individu-individu yang sedang mengalami serangkaian
tugas perkembangan yang khusus (Oemar Hamalik,2002).
Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan
generasi remaja sejak dini. Agar saat dewasa nanti, mereka akan benar-benar
menjadi orang dewasa yang sebenarnya. Agama Islam sangat memberikan perhatian
besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja periode masa remaja dan aspek-aspek perkembangan
remaja?
2.
Bagaimana Kenakalan remaja dengan permasalahannya?
3.
Bagaimana cara untuk menanganinya ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Agar pembaca dapat mengetahui periode masa remaja dan
aspek-aspek perkembangan remaja.
2.
Agar pembaca dapat memahami tentang kenakalan remaja dengan
permasalahaanya serta bagaimana menanganinya.
BAB II
A.
Periode
dan Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
Masa remaja
terdiri dari tiga periode :
1. Usia
12 – 15 tahun : masa remaja awal “early
adolescence” (pubertas)
2. Usia
15 – 18 tahun : masa remaja pertengahan “masa
adolescence” (adolescence)
3. Usia
18 – 21 tahun : masa remaja akhir “late
adolescance” (dewasa awal)
Sedangkan
aspek-aspek perkembangan remaja terdiri dari :
1.
Perkembangan
Fisik
Perkembangan fisik remaja, dipicu oleh kelenjar
Hipofisa menghasilkan hormon pertumbuhan, dan hormon kelamin sehingga fisiologis/ fisik remaja mengalami
proses kematangan. Tanda-tanda kematangan fisik remaja secara universal, antara
lain :
a. Tanda-tanda
perkembangan fisik primer : berkenaan
dengan alat reproduksi seksual remaja mencapai sexual maturity (kematangan seksual)
1).
Secara kodrati adalah pada wanita
mulainya produksi hormon kewanitaan (estrogen
dan progesterone) ditambah
produksi sel telur / ovum oleh “Ovarium”, bila produksi sel telur pada tiap
bulannya tidak terbuahi oleh sel sperma maka sel telur itu akan keluar
bersama-sama dengan rontokan selaput lendir rahim dan sejumlah darah melalui
vagina (inilah yang disebut darah haid). Pada pria / laki-laki mulainya produksi sel sperma (benih-benih pria)
oleh “Testis”, apabila jumlah produksi sel sperma banyak secara alami keluar
karena rangsangan atau keluar sendiri biasanya saat pria tidur (disebut mimpi
basah bagi pria).
2).
Ditambah dengan kesempurnaan organ genital wanita : Vagina, rahim, dan saluran
telur, sedangkan untuk pria : Penis, testis, dan skrotum.
b. Tanda-tanda perkembangan fisik sekunder : berkenaan perkembangan
fisiologis diluar tubuh :
1).
Untuk laki-laki : semakin kuat susunan urat daging, bahu lebar, tumbuh rambut
pada sekitar kelamin, dada, jambang, kepala, dan ketiak.
2.
Untuk wanita : jaringan pengikat dibawah kulit (lemak) menyebabkan besarnya
paha, selanjutnya tanda yang lain adalah panggul lebar, besarnya payudara,
tumbuh rambut sekitar kelamin, ketiak dan kepala.
Pengaruh percepatan pertumbuhan membawa implikasi
pada psikososial remaja, yakni; remaja akan mengalami konflik batin atas
tuntutan masyarakat terhadapnya untuk melakukan pekerjaan dewasa, yang menurut
mereka remaja sudah cukup mampu melakukannya, padahal dalam kenyataannya remaja
merasa tidak atau belum mampu.
Remaja akan mengalami kegusaran batin yang mendalam
bilamana remaja melihat ketidaknormalan atau penyimpangan bentuk badan, karena
remaja sadar bahwa penampilannya adalah daya rangsang sosial yang utama.
Cacat badan sangat merisaukan terutama pada masa
remaja, karena penampilan fisik dianggap sangat penting. Cacat badan akan
mengahambat perkembangan kepribadian yang sehat.
2.
Perkembangan
Emosi Remaja
Masa
remaja merupakan puncak emosionalitas,
yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ
seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim
dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan
reaktif yang sangat kuat terhadap
berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya
bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah
sedih/murung);sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
3.
Perkembangan
Sosial Remaja
Dalam hal perilaku sosial, remaja
mengalami perubahan yang jauh berbeda dengan masa sebelumnya (masa anak)
diantaranya :
a. Saat
masa anak-anak segalanya diintervensi orang tua, sementara remaja merasa mampu
berdiri sendiri atau mengatasi masalahnya dan tidak mau diintervensi oleh orang
tua atau orang dewasa, bahkan remaja tidak mau harga dirinya diremehkan
(mencari pengakuan jati diri) dari orang tuanya, orang dewasa, dan teman
sebayanya (dalam istilah para ahli: emansipasi).
b. Saat
usia anak-anak sangat dekat dengan “intim” interaksi sosialnya dengan orang
tua, sementara masa remaja memilih lepas dari orang tua dan lebih intim dengan
teman sebayanya (peer-group atau Clique = kelompok kecil) perilaku sosial
remaja ini disebut monding.
Monding pada remaja = pelepasan dari orang tua
menuju kelompok sebaya (mencari sahabat)
c. Remaja
memiliki kecenderungan untuk mengikuti “free
style” (gaya hidup) kelompok sebayanya, bahkan nilai-nilai kelompok menjadi
keterikatan sosialnya “istilah para ahli: conformity
/ konformitas”.
d. Remaja
diwaktu luang sering menggunakannya untuk “to kill the time” bersenang-senang
bersama kelompok sebayanya.
Remaja
mudah sekali hanyut dalam rangsanga sosial yang negatif karena tidak selektif
memilih teman atau kelompok sebayanya. Bila teman atau kelompok sebayanya
memiliki life-style yang buruk bahkan
melanggar hukum dan ajaran Islam (seperti minum-minuman keras, mengonsumsi zat adiktif, psikotropika, seks bebas)
akan menyeretnya kedalam jurang yang gelap, sehingga kesuksesan dan kebahagiaan
“Dream” (harapan,cita-cita) pada masa
mendatang tidak dapat digapainya.
4.
Perkembangan
Moral Remaja
Moralitas
remaja “lebih matang” jika dibandingkan dengan usia anak, karena hasil
pengalaman yang didapat dan dari interaksi sosial remaja dengan orang tua,
guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Mereka sudah lebih mengenal
tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran,
keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Muncul dorongan-dorongan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku
bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas
dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang
perbuatannya).
5.
Perkembangan
Kepribadian Remaja
Kepribadian remaja telah mencapai
integritas yang cukup antara sifat bawaan, sikap, dan pola-pola kebiasaan “adatul iroda”. Sifat-sifat kepribadian
remaja mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif,
dan nilai-nilai (baik/kurang baik atau sopan/kurang sopan). Berkembangnya jati
diri “identity” remaja sangat penting
untuk menumbuhkan pribadi yang sehat. Semisal saat berbuat sesuatu remaja sadar
dan mempertimbangkan keuntungan atau kerugian buat dirinya dan orang lain, yang
menyangkut jati dirinya sendiri.
B.
Kenakalan
Remaja dengan Permasalahannya
Memahami permasalahan
remaja berati mengetahui latar belakang permasalahan tersebut secara mendalam,
yakni dengan permasalahan yang dihadapinya.
Adapun kenakalan remaja
dengan dengan permasalahannya diantara lain :
1.
Remaja
dan Rokok
Di
masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun
di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun
orang-orang di sekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negative bagi tubuh penghisapnya.
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan
oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di
depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau
dengan kata lain dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja
Merokok :
a.
Pengaruh orang tua
Salah satu temuan
tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan
anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999 : 294).
b.
Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama
remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman tersebut
yang dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu
atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
bachri, 1991).
c.
Faktor kepribadian
Orang mencoba ingin merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).
d.
Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejahatan atau glamour,
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada
dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX, 1991)
2. Penyimpangan Seks
Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja
sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi
anak mama.”banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita
sejalan dengan yang kita inginkan. Mungkin mereka suka huru hara, suka dengan
yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersifat terpuji. Benar agar
kita tidak terjerumus dipergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian
dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja
itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tau pada
diri seseorang dengan berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ produksi mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ produksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus
media informasi baik elektonik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh
terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja
terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja di luar pernikahan. Apalagi apabila
kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan
biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah,
biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi
adalah sekolah meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan
dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana
siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan
siswi tersebut.
Hal
tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu
dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di
masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak sepenuhnya di mengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidak amanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan
yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
3. Remaja dan Penyalahgunaan Minuman Keras dan
Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),
jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998–2003 adalah
20.301 orang, di mana 70% di antaranya berusia antara 15–19 tahun.
Definisi
dan Macam-Macam Narkoba
Narkoba
(singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif berbahaya lainnya)
adalah bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara
oral / diminum ,dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Narkoba
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintites yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
(Undang-undang No.22 tahun 1997).
Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktifitas mental dan prilaku ( Undang-undang No. 5/1997).
Sedangkan berdasarkan efeknya,
narkoba bisa dibedakan menjadi tiga :
1.
Depresan,
yaitu menekan sistem-sistem syaraf pusat dan mengurangi
aktifitas fungsional
tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa
membuat pemakai tidur
dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa
mengakibatkan
kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan
berbagai turunannya seperti
morphin dan heroin. Contoh yang popular
sekarang adalah
Putaw.
2.
Stimulan,
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta
kesadaran. Jenis stimulan : Kafein, Kokain,
Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah shabu-shabu dan ekstasi.
3.
Halusinogen,
efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau
mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan
berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari
jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD.
Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
Penyalahgunaan
Nakoba
Kebanyakan
zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi
karena berbagai alasan mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya,
lambing status social, ingin melupakan persoalan dan lain-lain, maka narkoba
kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut :
o
Coba-coba
o
Senang-senang
o
Menggunakan
pada saat atau keadaan tertentu
o
Penyalahgunaan
o
Ketergantungan
C.
PENANGANAN MASALAH YANG
TERJADI PADA REMAJA
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi
pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah
masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik
diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian
dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa.
Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah
yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Ø Peran Orangtua :
- Menanamkan pola
asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
- Membekali anak dengan dasar moral dan agama
- Mengerti komunikasi yang baik dan efektif
antara orangtua – anak
- Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
- Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam
perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
- Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
- Hindarkan anak dari NAPZA
Ø Peran Guru :
- Bersahabat dengan
siswa
- Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
- Memberikan keleluasaan siswa untuk
mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
- Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan
olahraga
- Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
- Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang
tegas
- Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama
guru dan sekolah lain
- Meningkatkan keamanan terpadu sekolah
bekerjasama dengan Polsek setempat
- Mewaspadai adanya provokator
- Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan
olahraga antar sekolah
- Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan
anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social
- Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Ø Peran Pemerintah dan masyarakat :
- Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
- Menyediakan sarana/prasarana yang dapat
menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
- Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang
tegas
- Memberikan keteladanan
- Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan
peraturan dan hukumnya secara tegas
- Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat
perbelanjaan dan pusat hiburan
Ø Peran Media :
- Sajikan tayangan
atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
- Sampaikan berita dengan kalimat benar dan
tepat (tidak provokatif)
- Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik)
yang bebas biaya khusus untuk remaja
c.3.2 Penanganan Masalah Remaja dengan cara
Mekanisme Pertahanan Diri
Sebagian individu mereduksi perasaan,
kecemasan,stress, ataupun konflik dengan melakukan mekanisme pertahanan diri,
baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Freud sebagai berikut: Such defense mechanism are put
into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptabla
impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).
freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri
(defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi yang
melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada
dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya
mengubah cara individu memersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme
pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat
karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena
Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia
sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa
terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang
mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya kea rah kedewasaan. Mekanisme
pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa
orang yang lain merupakanhasil pengembangan ahli psikionalistis lainnya.
1. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk
menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan
sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang
mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada
pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang
sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi
yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka
membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada
umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari
kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
a. Individu
cenderung untuk tidak berlama-lama mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan,
dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
b. Berusaha sedapat
mungkin untuk tidak melihat ganbar kejadian yang menyesakkan dada,
c. Lebih
sering mengomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
d. Lebih mudah
mengingat hal-hal yang positif daripada yang negative,
e. Lebih
sering menekankan kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak
membahagiakan.
2. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang
terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang
ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi,
tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan
ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas. Ia
sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak
menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).
3. Reaction
Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi
ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya
(mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang
berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat
menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk
menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tidak
jarang dibuat samar dengan menampilkan dan tindakan yang penuh kasih saying,
atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan
permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.
4. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan
pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan,
sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan
membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan
kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena
tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada
individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi,
kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Remaja yang mengalami perubahan
drastic sering dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
5. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila
berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula
terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali melakukan sesuatu yang
khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respon seperti
individu yang lebih muda (anak kecil).
6. Menarik
diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil
sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan
apapun. Biasanya repon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.
7. Mengelak
Bila merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan
terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak atau mereka akan
menggunakan metode yang tidak langsung.
8. Denial
(Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, dia menganggap
tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya
mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsure penipuan diri.
9. Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa
dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya
dari peristiwa-peristiwa yangtidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan
kecemasan dan dapat menimbulkan frustasi.
10. Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha
individu untuk mencari-cari alas an yang dapat di terima secara social untuk
membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga muncul
ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang
buruk adalah baik,atau yang baik adalah buruk.
11. Intelektualitas
Apabila individu menggunakan teknik intelektualitas,
dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat amat
menekan dengan cara analitik, intelektual, dan sedikit menjauh dari persoalan.
12. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi biasanya
sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia
sukai dan apa yang dia perhatikan itu cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini
mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima
kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi
sering dipergunakan.